"Tiada yang terobati di dalam peluk ini tapi rasakan semua sebelum kau ku lepas slamanya, tak juga ku paksakan setitik pengertian bahwa ini adanya, cinta yang tak lagi sama.."
Dewi Lestari - Peluk
Aku selalu butuh tempat untuk bersandar, dan selama ini Ayah dan dialah tempat sempurna bagiku untuk merebahkan segala beban yang dipikulkan hidup padaku.
Aku tak pernah tau apa aku mecintainya atau tidak, pun dia tak pernah menuntutku untuk seperti itu, ia tak pernah memintaku membalas ketika ia mengatakan ia mencintaiku. Mungkin itu ketulusan, atau keluguan, atau kebodohan? Entahlah, yang jelas aku nyaman berada didekatnya.
Tapi hari ini...
"Aku bosan jadi penggemarmu, yang tahu hal-hal yang kamu sukai dan kamu butuhkan tapi tak pernah aku lakukan. Aku juga bosan jadi perempuanmu, yang kamu kikis perasaannya setiap kita bicara soal sesuatu yang kau sebut cinta. Jadi, aku harus memutuskan. bersamamu atau pergi dengan yang baru.."
"Siapa yang baru??" ia menggebrak meja dan memecah hatiku menjadi dua.
"Tak ada," jawabku tanpa getar,"Hanya saja kau akan membuatnya menjelma nyata jika terus memperlakukanku seperti itu."
Aku memang bosan, tapi tak seharusnya ia marah. Tebak siapa yang membuatku bosan.
Tak juga mengertikah ia?
Aku berlari keluar ruangan sementara setengah hatiku terkapar sakit tepat dibawah kakinya. Aku tidak tahu apa ia juga terluka, sungguh, yang aku tahu ia cuma tak berusaha mengejarku.